Senin, 30 April 2012


PENTINGNYA FILSAFAT PENDIDIKAN BAGI PENDIDIK

A.Dasar dan Tujuan Filsafat Pendidikan
            Filsafat pendidikan dapat dijadikan sebagai dasar sekaligus pedoman yang terbaik untuk penilaian pendidikan secara menyeluruh. Adapun penilaian pendidikan ini meliputi segala usaha dan kegiatan yang dilakukan oleh sekolah-sekolah, institut, dan lembaga pendidikan secara umum. Filsafat pendidikan ini tentunya mempunyai peranan tersendiri bagi pendidik atau tenaga pengajar dalam melaksanakan pendidikan tersebut, karena dengan  adanya filasafat pendidikan ini pendidik telah mempunyai pengetahuan tentang manusia .
            Ada beberapa tujuan kita mempelajari  filsafat pendidikan, diantaranya adalah sebagai berikut :
1         Dengan berfilsafat kita lebih menjadi manusia, lebih mendidik, dan lebih membangun diri sendiri.
2         Berusaha mempertahankan sikap yang objektifmengenai intisari dan sifat-sifat barang itu sendiri.
3         Mengajar dan melatih kita memandang dengan luas dan menyembuhkan kita dari kepicikan.
4        Menjadikan kita orang yang dapat berfikir sendiri.
5         Bagi seorang pendidik, filsafat mempunyai kepentingan istimewa karena dapat memberikan dasar-dasar dan ilmu pegetahuan lainnya mengenai manusia.

B.Peranan dan Fungsi Filsafat Pendidikan
            Semenjak filsafat  lahir dan tumbuh di lingkunagn kehidupan manusia, filsafat pendidikan berperan penting dalam memberikan pengertian dan menjadi pedoman bagi manusia dalam usaha memahami hakikat sesuatu. Ajaran filsafat telah membantu kita  dalam memberikan jawaban-jawaban atas problema-problema mendasar dalam alam pikiran dan alam kehidupan manusia.
Filsafat pendidikan ini mempunyai banyak fungsi, baik bagi pendidik, peserta didik, maupun bagi pendidikan itu sendiri.  Beberapa fungsi filsafat pendidikan antara lain :

1.       Fungsi spekulatif
Ø  Dalam hal ini, filsafat pendidikan berfungsi untuk mengerti dan mengenal persoalan- persoalan pendidikan secara komprehensif.  Ini berarti bahwa filsafatlah yang mengerti akan persoalan yang terjadi dalam bidang pendidikan, untuk kemudian dicari jalan keluarnya.

2.       Fungsi normatif
Ø  Filsafat berfungsi menemukan nilai dan norma – norma kehidupan yang bersumber pada dasar-dasar filsafat yang hidup yang dimilikinya. Norma ini tentunya mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia, yaitu sebagai pedoman dalam melaksanakan segala sesuatu, atau menjadi ukuran baik atau tidak baiknya suatu tindakan.

3.       Fungsi teori
Ø  Merupakan ide-ide, konsepsi, kesimpulan-kesimpulan bagi pelaksanaan  atau praktek dari pendidikan.

4.      Fungsi kritik
Ø  Filsafat berfungsi dalam memberikan pertimbangan-pertimbangan serta penafsiran data ilmiah. Filsafatlah yang berperan penting dalam mnganalisa data-data ilmiah tersebut dengan berbagai  pertimbangan yang sebelumnya telah dipikirkan secara mendalam.

5.       Fungsi integratif
Ø  Dalam hal ini filsafat  digunakan untuk memadu semacam nilai dari asas normatif dalam ilmu pendidikan.



Sabtu, 28 April 2012


RUANG LINGKUP FILSAFAT PENDIDIKAN

A.Ruang Lingkup Filsafat
            Filsafat  sebagai salah satu ilmu pengetahuan induk di dunia mempunyai cakupan ruang lingkup yang sangat luas, mencakup segala aspek kehidupan serta mencakup ilmu-ilmu khusus dalam kajian ilmu pengetahuan. Seiring dengan perkembangan zaman dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, satu persatu bagian ilmu pengetahuan ini mulai memisahkan diri dari induknya, yaitu filsafat. Meskipun memisahkan diri, namun bukan berarti ilmu pengetahuan tersebut terlepas secara keseluruhan dari filsafat, ada bagian filsafat yang masih terdapat dalam ilmu pengetahuan tersebut.
            Satu per satu ilmu pengetahuan tersebut mulai memisahkan diri, dan yang pertama kali memisahkan diri dari filsafat adalah matematika dan fisika. Ilmu pengetahuan ini memisahkan diri dari filsafat pada zaman Renassance (abad XVI M), yang kemudian diikuti oleh ilmu pengetahuan lainnya.
Meskipun telah memisahkan  diri dari filsafat, namun pengaruh filsafat masih terasa pada ilmu pengetahuan tersebut, secara tidak langsung itu berarti filsafat masih punya peranan penting dalam ilmu pengetahuan tersebut. Meskipun telah ditinggalkan oleh ilmu pengetahuan yang lain tersebut, filsafat tidak mati dan tetap hidup dengan corak tersendiri yaitu sebagai suatu ilmu yang mmecahkan masalah yang tidak terpecahkan oleh ilmu-ilmu khusus.
                                                              
B.Metode Filsafat
            Filsafat sebagai sebuah ilmu pengetahuan tentunya mempunyai beberapa metode dalam memecahkan masalah yang muncul. Dengan adanya metode ini, masalah akan bisa diselesaikan dengan baik dan tepatnya. Metodse filsafat ini ada 4 macam yaitu historis, ikhtisar, sistematis, dan kombinasi. Untuk lebih jelasnya, ada penjelasan di bawah ini.
1.       Metode Historis (sejarah)
Metode ini baik digunakan karena bisa mengikuti pertumbuhan filsafat dari jumlahnya.  Dari sisi lain, metode ini mempunyai kekurangan, yaitu agak panjang serta pada permulaannya cenderung menimbulkan keslahpahaman.
2.       Metode Ikhtisar
Pada metode ini, soal-soal yang akan dibicarakan dibentangkan terlebih dahulu  menguraikan jawabannya yang telah dibuat oleh para ahli.
3.       Metode Sistematis
Metode ini merupakan metode yang paling pas, karena pada metode ini orang dibiarkan untuk berfilsafat sendiri, mencari makna dan kodrat manusia dengan sendirinya. Jadi, pemikiran yang diharapkan itu adalah pemikiran yang sesuai dengan logika serta mempunyai hubungan sebab akibat.
4.       Metode kombinasi
Metode ini merupakan gabungan dari ketiga metode diatas, yaitu metode historis, , dan sistematis. Dimana pada metode ini, dalam penyalesaian masalah menggunakan cara-cara yang sistematis namun tidak lepas dari sejarah serta tetap memperhatikan soal-soal terpenting yang timbul bagi setiap manusia yang hidup sadar dan mampu menggunakan akal dan pikirannya dengan baik.


C.Pembagian Filsafat
            Semenjak filsafat muncu, filsafat ini telah dibagi ke dalam beberapa kelompok oleh para ahli. Pendapat masing-masing ahli ini tentunya tidak sama/ berlainan serta selalu mengalami perubahan. Pembagian filsafat ini didasarkan pada stuktur dari pengetahuan filsafat itu sendiri. Ada 3 bidang struktur pengetahuan filsafat, yaitu :
a.       Filsafat sistematis
Ø  Pada bidang ini, pengkajian masalah dilakukan secara terstruktur atau berurutan dari awal sampai akhir.
b.       Filsafat khusus
Ø  Pada bidang ini, pengkajian masalah dilakukan sesuai dengan bidang ilmu masing-masing.
c.       Filsafat keilmuan
Ø  Pada filsafat keilmuan, pengkajian dilakukan secara lebih mendalam pada suatu ilmu pemhathuan tertentu ( terfokus pada satu bidang ilmu pengetahuan)
                   
D.Beda Filsafat dengan Ilmu dan Agama
            Filsafat, Ilmu, dan Agama merupakan tiga hal yang sangat jauh berbeda antara yang satu dengan yang lainnya, namun ketiganya mempunyai hubungan keterkaitan antara yang satu dengan yang lainnya. Untuk lebih jelasnya, kita lihat dulu pengertian masing-masingnya :
¯  Filsafat
Merupakan pengetahuan tentang sesuatu yang empirik dan non eksperimental yang diperoleh oleh manusia melalui usaha dengan pemikiran yang mendalam.

¯  Ilmu
Adalah kumpulan pengetahuan mengenai suatu kenyataan yang tersusun secara sistematis dari usaha manusia yang dilakukan dengan penyelidikan, pengamatan, dan percobaan.

¯  Agama
Adalah kebenaran yang bersumber dari wahyu Allah mengenai berbagai hal kehidupan manusia dan lingkungannya.

Disamping dilihat dari sisi makna/ pengertiannya, dapat pula dilihat dari beberapa titik perbedaan yang lain. Diantaranya adalah sebagai berikut :
no
Perbedaan
Ilmu
Agama
Filsafat
1
Sumber kebenaran
manusia
Allah
Manusia
2
Pendekatan
Riset dan percobaan
 Kembali kepada Wahyu Allah
perenungan
3
Sifat kebenaran
positif
pasti
spekulatif
4
Tujuan
Bersifat teoritis
kedamaian
Keseimbangan pada pengetahuan

Kesimpulan
            Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa filsafat sebagai salah satu ilmu pengetahuan induk mempunyai cakupan yang sangat luas, yaitu mencakup semua aspek ilmu pengetahuan khusus. Pengaruh filsafat masih tetap tersasa meskipun filsafat ini telah ditinggalkan oleh ilmu-ilmu yang lain dan pada akhirnya filsafat tumbuh dan berkembang menjadi sebuah ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri.
            Filsafat mempunyai beberapa metode dalam memecahkan masalah, diantaranya ada metode sistematis, metode ikhtisar, metode historis, dan metode kombinasi. Keempat metode ini sangat berguna dalam upaya pemecahan masalah yang terjadi. Jika membahas mengenai pembagian filsafat, ini merupakan suatu hal yang tidak selalu sama, ada beberapa ahli yang mengelompokkan filsafat ke dalam beberapa bagian tergantung dari segi mana ahli tersebut memandang filsafat. 
Dari berbagai sumber.


WAWASAN TENTANG FILSAFAT PENDIDIKAN

A.Pengertian Filsafat Pendidikan
                Jika membahas mengenai filsafat pendidikan merupakan hal yang cakupannya sangat luas, yaitu mencakup semua aspek kehidupan manusia. Ada 2 pengertian dari filsafat pendidikan ini, yaitu sebagai berikut :
š Filsafat pendidikan yaitu filsafat yang dituangkan sesuai dengan masalah pendidikan yang ada dalam penglihatan pihak yang menjalankan pendidikan tersebut. Nah, ini kembali lagi pada pelaksana dari pendidikan itu, bagaimana caranya dalam memandang suatu masalah pendidikan serta memikirkan bagaimana cara menyelesaikan masalah tersebut.

š Filsafat pendidikan sebagai suatu ilmu yaitu suatu ilmu yang membahas mengenai masalah- masalah pendidikan secara mendalam, sistematis, dan menyeluruh, baik yang menyangkut asas dan tujuan maupun masalah yang mencakup kurikulum,metode, alat, faktor pendidikan, dan mengintegrasikan semua pengetahuan yang menjadi dasar perbuatan pendidikan.


B.Subjek dan Objek Filsafat Pendidikan
            Sebenarnya pada hakikatnya yang menjadi subjek dari filafat pendidikan adalah manusia sedangkan yang menjadi objeknya adalah permasalah pendidikan yang sering muncul dalam bidang pendidikan tersebut.
v  Objek filsafat, meliputi :
À  Objek material, yaitu segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada baik yang material, phisis, maupun yang non material, abstrak, dan psikis.

À  Objek formal, yaitu menyelidiki segala sesuatu untuk mengetahui hakikatnya sedalam-dalamnya.

v  Subjek filsafat, yaitu manusia. Nah, manusia sebagai subjek darin filsafat mengandung beberapa pengetian, yaitu :
Sebagai subjek didik, manusia bertanggung jawab atas pendidikannya sendiri.
Sebagai subjek didik, manusia memiliki potensi yang bebbeda-beda baik secara psikis maupun fisik.
Sebagai subjek didik, pada dasarnya manusia merupakan insan yang aktif menghadapi lingkungan hidupnya.

C.Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan
            Filsafat pendidikan mempunyai ruang lingkup yang cukup luas dalam bidang pendidikan. Filsafat ini dapat dikatakan sebagai suatu kegiatan yang mempunyai kaitan yang erat dengan pemikiran manusia atau segala sesuatu yang dipikirkan oleh manusia. Namun tidak semua kegiatan berfikir dikatakan sebagai berfilsafat, karena berfilsafat ini berarti berfikir sampai ke akar-akarnya,  tidak semua manusia berfikir seperti ini. Pemikirn manusia terbagi atas beberapa tingkatan berfikir, yaitu :
pemikiran pseudo ilmiah
Ø  yaitu suatu pola pemikiran manusia yang berdasarkan pada kepercayaan atau mitos yang berkembang di daerah tempat tinggal mereka.

pemikiran awam
Ø  merupakan tingkat berfikir manusia yang didasarkan pada akal sehatnya.

pemikiran ilmiah
Ø  merupakan tingkat pemikiran yang telah mempunyai sistem dengan menggunakan metode-metode paradigma ilmu pengetahuan tertentu.

pemikiran filosofis
Ø  yaitu kegiatan berfikir reflektif yang meliputi kegiatan berfikir analisis, pemahaman, deskriptif, penafsiran, dan perekaan dengan sasaran guna memperoleh kejelasan, kecerahan, keterangan, pengertian, pembenaran, serta penyatuan berbagai objek.
Pola dan system berpikir filosofis demikian dilaksanakan dalam ruang lingkup yang menyangkut bidang-bidang sebagai berikut          :
1. Cosmologi yaitu suatu pemikiran dalam permasalahan yang berhubungan dengan alam semesta, ruang dan waktu, kenyataan hidup manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan, serta proses kejadian-kejadian  dan  perkembangan  hidup  manusia  di  alam    nyata.
2. Ontology yaitu suatu pemikiran tentang asal-usul kejadian alam semesta, dari mana dan kearah mana   proses  kejadiannya.

             Secara makro (umum) apa yang menjadi obyek pemikiran filsafat, yaitu dalam ruang lingkup yang menjangkau permasalahan kehidupan manusia, alam semesta dan sekitarnya adalah juga obyek pemikiran filsafat pendidikan. Tetapi secara mikro (khusus) yang menjadi obyek filsafat pendidikan meliputi    :
a. Merumuskan secara tegas sifat hakikat pendidikan (The Nature Of Education).
b.    Merumuskan sifat hakikat manusia sebagai subyek dan obyek pendidikan (The Nature Of Man).
c.     Merumuskan secara tegas hubungan antara filsafat, filsafat pendidikan, agama dan kebudayaan.
d. Merumuskan hubungan antara filsafat, filsafat pendidikan dan teori pendidikan.
e.  Merumuskan hubungan antara filsafat negara (Ideology), filsafat pendidikan dan politik          pendidikan (    sistem pendidikan).
f. Merumuskan sistem nilai norma atau isi moral pendidikan yang merupakan tujuan pendidikan.

           Dengan demikian dari uraian tersebut diperoleh suatu kesimpulan bahwa yang menjadi obyek filsafat pendidikan ialah semua aspek yang berhubungan dengan upaya manusia untuk mengerti dan memahami hakikat pendidikan itu sendiri, yang berhubungan dengan bagaimana pelaksanaan pendidikan dan bagaimana tujuan pendidikan itu dapat dicapai seperti yang dicita-citakan.

 Tujuan Filsafat   Pendidikan
1.Memberikan landasan dan sekaligus mengarahkan kepada proses pelaksanaan pendidikan.
2.Membantu     memperjelas     tujuan-tujuan        pendidikan.
3.Melaksanakan kritik dan koreksi terhadap proses pelaksanaan            .
4.Melakukan  evaluasi  terhadap  metode  dari  proses     pendidikan.



KESIMPULAN


              Berdasarkan uarian di atas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa filsafat pendidikan ialah aktifitas pikiran yang teratur yang menjadi filsafat tersebut sebagai jalan untuk mengatur, menyelaraskan dan memadukan proses pendidikan . artinya, bahwa filsafat pendidikan dapat menjelaskan nilai-nilai dan maklumat-maklumat yang diupayakan untuk mencapainya, maka filsafat pendidikan dan pengalaman kemanusiaan merupakan factor yang integral atau satu kesatuan.

            Secara makro (umum) apa yang menjadi obyek pemikiran filsafat, yaitu dalam ruang lingkup yang menjangkau permasalahan kehidupan manusia, alam semesta dan sekitarnya adalah juga obyek pemikiran filsafat pendidikan. Tetapi secara mikro (khusus) yang menjadi obyek filsafat pendidikan.

Dari berbagai sumber.

Selasa, 17 April 2012


Haruskah Adat Dipertahankan?

                Daerah Sumatera Barat yang lebih dikenal dengan daerah Minangkabau,  merupakan daerah yang sangat kental akan adat istiadat. Salah satu adat yang sampai sekarang masih tetap hidup adalah adat di daerah Pariaman, yaitu adat babali. Sejarah lahirnya adat babali inipun tidak begitu jelas, sehingga tidak ada yang menguatkan akan adat ini. Menurut adat ini dalam sebuah pesta pernikahan, pihak perempuan memberikan sejumlah uang kepada pihak laki-laki sebagai tanda bahwa laki-laki tersebut telah memiliki ikatan dengan perempuan tersebut. Jumlah uang yang diberikanpun terbilang fantastis, yaitu berkisar antara 10 sampai 25 juta, tergantung pada pekerjaan lelaki tersebut. Jika kita lihat sekilas, tampak ada keanehan dari adat tersebut, karena  adat ini tidak sesuai dengan ajaran agama islam.
            Dalam ajaran islam, pihak laki-laki lah yang memberikan sejumlah uang kepada pihak perempuan sebagai mahar dalam  sebuah pernikahan. Adat babali ini sangat bertentangan dengan ajaran islam, bahkan jika kita analisis secara mendalam adat babali ini sebenarnya menjatuhkan harga diri laki-laki itu sendiri. Saya berani mengatakan demikian karena menurut analisa saya sesuatu yang dibeli itu adalah barang. Nah, jika laki-laki di daerah pariaman ini dibeli oleh pihak perempuan, maka sama halnya bahwa laki-laki tersebut adalah barang yang bisa diperjualbelikan. Jika laki-laki tersebut telah “dibeli” oleh pihak perempuan, berarti pihak perempuan bisa memperlakukan laki-laki tersebut sesuka hatinya karena laki-laki tersebut telah dibelinya.
            Kedengarannya memang sangat tidak etis, namun inilah realita yang saya temui di lapangan. Akan lebih fatal lagi, apabila laki-laki tersebut tidak mempunyai pekerjaan setelah nikah sehingga ia tidak mampu manafkahi istrinya. Biasanya pihak perempuan akan mulai membicarakan hal-hal tersebut dalam kehidupan, seperti “lihat suami si anu, sudah dibeli mahal-mahal, kerjaannya tidak jelas”. Itulah perkataan yang akan muncul apabila laki-laki tersebut tidak berpenghasilan. Kalau sudah begitu siapa yang mau disalahkan, siapa pihak yang akan bertanggungjawab akan hal itu, apakah tetua yang menjalankan adat itu mau peduli dengan kejadian seperti ini? Tidak, pihak adat hanya menjalankan adat, bagaimana kedepannya mereka tidak akan peduli.
            Ada satu realita lagi yang saya temui di lapangan, yaitu bagi seorang laki-laki yang mencintai seorang perempuan, namun perempuan tersebut tidak mempunyai uang untuk diberikan kepada pihak laki-laki karena keterbatasan dana, maka laki-laki itulah yang akan berusaha membanting tulang untuk mencari uang untuk kemudian diserahkan kepada si perempuan tersebut. Setelah itu, pihak perempuanlah yang akan menyerahkan uang tersebut kepada pihak laki-laki. Kalau seperti itu keadaannya, sama saja dengan bohong karena adat hanya dijadikan sebagai simbol namun pelaksanaannya terserah pada laki-laki dan perempuan itu sendiri. Hal ini tidak bisa disalahkan, karena adatlah yang membuat mereka melakukan hal itu. Adat babali di daerah Pariaman ini sepertinya telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Pariaman, tanpa memperhatikan bagaimana keadaan pihak perempuan tersebut padahal tidak semua perempuan mempunyai cukup uang untuk “membeli” laki-laki tersebut.
            Manusia bukanlah barang yang bisa dibeli, namun manusia adalah makhluk yang sempurna. Menurut pemikiran saya, hendaknya adat babali ini tidak usah dilaksanakan lagi dalam kehidupan masyarakat Pariaman karena adat ini seolah-olah beranggapan bahwa manusia, dalam hal ini laki-laki itu bisa “dibeli”. Adat ini juga tidak sesuai dengan ajaran agama Islam dan perkembangan zaman. Jika laki-laki dan perempuan itu memang saling mencintai, maka hendaknya selenggarakan saja acara pernikahannya tanpa harus pihak perempuan memberikan sejumlah uang kepada pihak laki-laki. Hal ini akan lebih baik, karena dengan demikian tidak ada pihak yang akan dirugikan. ­­­Adat memang bagian dari kehidupan manusia, namun dalam kenyataannya tidak semua orang bisa menjalankan adat babali ini karena berbagai faktor, salah satunya adalah faktor ekonomi keluarga. Kalau pihak perempuan itu tidak mampu untuk “membeli” laki-laki, tentu ia tidak akan menikah,ini sangat tidak adil. Kalaupun adat ini tetap akan dijalankan, saya menyarankan kepada pihak laki-laki untuk tidak meminta jumlah yang besar kepada pihak perempuan         dan pelaksanaan adat inipun hendaknya juga memperhatikan kondisi kedua belah pihak.



Ada Apa Dengan Indonesia??

Indonesia merupakan negara yang mempunyai Sumber Daya Alam terkaya, terbaik, dan terunik yanng telah diakui oleh dunia. Dengan adanya SDA yang berlimpah mestinya Indonesia mampu menjadi negara maju di dunia. Itu semua hanyalah mimpi indah, harapan yang tak pernah terwujud. Meskipun memiliki SDA yang banyak dan beranekaragam tak mampu membuat Indonesia menjadi negara maju di dunia.
Lalu apa lagi yang bisa dibanggakan dari bangsa Indonesia ini? Apakah kita harus bangga dengan para pejabat yang korupsi, dengan utang luar negeri yang semakin menumpuk, dengan bobroknya moral remaja dewasa ini, ataukah kita bisa bangga dengan  kemiskinan dan bencana yang tiada henti melanda negeri Indonesia??? Lantas apa upaya yanng bisa dilakukan untuk mengatasi itu semua??
Indonesia belum mampu mengepakkan sayap untuk bersaing dangan negara maju di dunia, garuda belum bisa terbang tinggi menjangkau matahari. Indonesia di mata dunia hanyalah :
a.   Negara korupsi
b.   Negara dengan jumlah hutang yanng terus meningkat setiap tahunnya
c.   Negara dengan tingkat kesejahteraan yang masih rendah
d.   Negara rawan bencana
Entah sebutan apalagi yang akan diberikan oleh dunia terhadap negeri ini. Siapakah yang akan bertanggungjawab dengan semua keadaan yang terjadi saat ini??haruskah kita menyalahkan pemerintahan, ataukah ini memang  takdir yang harus kita terima?. Tak mampukah kita merubah image yang telah terlanjur melekat pada bangsa ini? Tak mungkin juga menyalahkan pemerintahan secara sepihak karena ini masalah bersama, banyak pihak terkait yang ikut terlibat dalam  hal ini.
Sebagai contoh, masalah korupsi yang tak pernah hilang dari negeri ini (mulai dari penggelapan dan sampai kasus suap pejabat pemerintah). Pemerintah telah melakukan upaya untuk mengatasi hal ini seperti dengan membentuk KPK yang bertugas untuk memberantas korupsi. Tapi apa yang terjadi, anggota KPK itu sendiri malah terlibat kasus korupsi. Kalau sudah seperti ini kejadiannya, siapa yang akan bertanggungjawab.
Ketidakadilan merajalela, hukum rimba berlaku.”Siapa yang kuat dialah yang menang”, itu lah ungkapan yang cocok untuk menggambarkan kondisi ini semua. Keadilan bisa dibeli dengan uang, tak heran jika banyak pejabat pemerintah yang korupsi namun masih bebas bepergian kemanapun. Mustahil suara rakyat keci seperti kami akan didengar oleh pemerintah, meskipun kami berkoar, hanya akan menghabiskan tenaga dan suara.
Rakyat menangis pilu melihat realita ini, namun mereka tak punya daya untuk berbuat apa-apa. Hanya air mata yang mereka punya, haruskah air mata rakyat kecil seperti kami kering karena melihat keadaan yang seperti ini. “Ada apa dengan negeri ini?”, hanya itu pertanyaan yang terbersit dalam hati saya melihat kondisi yang sekarang ini. Sampai kapan indonesia terus berada dalam bayang-bayang hutang yang terus bertambah banyak?
Kami sangat merindukan Indonesia yang makmur, tak ada lagi kemiskinan, pengangguran, korupsi, dan ketidakadilan. Akankah harapan kami menjadi kenyataan, ataukah akan tetap menjadi mimpi indah yang tak mungkin terwujud? Disini kami sangat mengharapkan perubahan ke arah yang lebih baik. Artikel ini tidak bermaksud menyinggung pihak manapun, ini hanya rintihan hati rakyat kecil yang tak berdaya. Semoga kedepannya Indonesia menjadi lebih baik lagi, dan kehidupan yang diimpikan bisa tercapai.

Amieeennnnn ..............

Senin, 16 April 2012


Tradisi Copas, Bunuh Kreativitas

Istilah copas, merupakan pendekatan dari kata copy paste. Dewasa ini copas menjadi kegiatan yang sangat akrab dengan kehidupan pelajar dan mahasiswa. Copas seakan telah menjadi darah daging bagi kehidupan pelajar dan mahasiswa, tiada hari tanpa copas. Tak sadarkah bahwa tradisi copas yang telah melekat dengan pelajar dan mahasiswa ini bisa menjadi duri dalam daging, akan sangat sakit dan bisa membunuh diri sendiri.  Copas merupakan salah satu jalan singkat yang sering ditempuh untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh pendidik (guru dan dosen). Hanya dalam waktu 10-15 menit, tugas bisa selesai. Instan dan praktis bukan? inilah yang dirasakan oleh para pelajar dan mahasiswa, dan akhirnya menjadi kebiasaan.
Kebiasaan ini didukung dengan adanya fasilitas pendukung yaitu fasilitas internet. Semua bahan pelajaran tersedia secara lengkap, sehingga memudahkan peserta didik dalam membuat tugas. Mereka hanya mengopi semua bahan yang diperoleh dari internet tersebut, tanpa adanya penambahan. Tidak ada salahnya menggunakan fasilitas internet sebagai sumber belajar, namun bukan berari juga hanya mengopi semua bahan yang ada. Dalam membuat tugas itu kan bisa dengan menggabungkan beberapa buku sumber ditambah situs dari internet. Dengan demikian kreativitas akan tetap terjaga, tidak akan hilang dari diri peserta didik tersebut. Hasil yangdiperoleh pun akan lebih baik, dan satu lagi bahan pelajaran itu akan tetap ada dalam ingatan karena sewaktu membuatnya menggunakan kallimat dan bahasa sendiri. Tugas yang dibuat dengan menggunakan kalimat dan bahasa sendiri akan lebih lama tertinggalnya dalam otak dan pikiran.
Tradisi copas ini sebenarnya tidak baik untuk kalangan pelajar dan mahasiswa, karena akan mengakibatkan timbulnya rasa malas dalam diri pelajar dan mahasiswa, dan  secara perlahan akan membunuh kreativitas yang tersimpan dalam diri pelajar dan mahasiswa tersebut. Sebagai kalangan ilmiah, bukankah dituntut untuk lebih kreatif dalam berfikir, namun kenapa kreativitas yang telah ada dalam diri itu diabaikan dan disia-siakan. Kembangkanlah kreativitas yang ada dalam diri masing-masing semaksimal mungkin, ingat  hindari tradisi copas, karena  hanya akan membunuh kreativitas yang ada dalam diri kita.

semangat.......
sukses...........:)